LAPORAN PENGAMATAN TENTANG PENGAWETAN MAKANAN SECARA ALAMI (GULA&GARAM)

Biologi
Tentang
PENGAWETAN BAHAN MAKANAN



Disusun oleh: XII IPA 5
1.     Arina hidayati                                   (03)
2.    Nayla nadhiroturrosyida                   (17)
3.    Nina dwi nurfitriani                          (19)
4.    Rindi yulia nur indahsari                  (26)
5.    Yulina widyayanti                             (36)


Pembimbing: Drs. Sunu Widodo,M.Pd

SMAN 1 Durenan
Tahun ajaran 2016/2017




Kata Pengantar

 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pratikum ini. Laporan pratikum ini berdasarkan hasil pengamatan di lapangan.
 Laporan pratikum ini merupakan tugas pada mata pelajaran IPA Biologi pada materi “Eubacteria dan Archaebakteria”
 Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pratikum ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bentuk maupun isinya. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang sifatnya membangun.
 Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan pratikum biologi ini.
 Akhir kata yang dapat kami sampaikan selain harapan agar kiranya laporan pratikum biologi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.







Durenan,23 september 2016

Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN


              I.       Latar Belakang
Pengawetan pangan memiliki dua maksud yaitu menghambat pembusukan dan menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin. Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya berperan sebagai anti mikroba atau anti oksidan atau keduanya. Jamur, bakteri dan enzim sebagai penyebab pembusukan pangan perlu dihambat pertumbuhan maupun aktivitasnya. Untuk menghambat pembusukan dan menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin,maka makanan perlu diawetkan dengan menggunakan:

a. Garam
Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan yang sudah lamadilakukan orang. Garam dapat bertindak sebagi pengawet karena garamakan menarik air dari bahan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat berkembang biak karena menurunnya aktivitas air. Garam digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar seperti mikroorganisme proteolitik dan spora. Sifat-sifat Anti mikroorganisme dari Garam : Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif padamikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik danpembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garamyang rendah sekalipun (yaitu sampai 6%). Mikroorganisme patogen termasuk Clostridium botulinum kecuali Streptococcusaureus dapat dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10 12%. Beberapamikroorganisme terutama jenis Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh dengancepat dengan adanya garam.
Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme seperti bakteri halofilik (bakteri yang tahan hidup padakonsentrasi garam yang tinggi) dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh,tetapi membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan.

a. Aplikasi Pengolahan dengan Garam
(a) Penggaraman Ikan
Penggaraman ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni:
1) Penggaraman kering (dry salting) dengan menggunakan garam kering ; ikan disiangilalu dilumuri garam dan disusun secara berlapis-lapis dengan garam.
2) Penggaraman basah (brine salting) dengan menggunakan larutan garam jenuh ; ikan ditumpuk dalam bejana/wadah kedap air lalu diisi dengan larutan garam.
3) Penggaraman kering tanpa wadah kedap air (kench salting); hampir sama dengan cara (1), tetapi karena wadah yang digunakan tidak kedap air, maka larutan/cairangaram yang terbentuk akan langsung mengalir ke bawah dan dibuang.
4) Penggaraman yang diikuti dengan proses perebusan (pindang) atau mencelupkan dalam larutan garam panas (cue).
(b) Telur Asin
Telur asin adalah suatu hasil olahan telur dengan prinsip penggaraman. Fungsi garam di sinisama dengan penggaraman ikan yaitu menarik air sampai kadar air tertentu sehingga bakteritidak dapat berkembang lagi. Garam yang digunakan juga harus bersih dan ukuran kristalgaramnya tidak terlalu halus.
(c) Acar
Acar atau yang dikenal dengan pickle adalah sayur atau buah yang diberi garam dan diawetkan dalam cuka baik diberi bumbu atau tidak. Proses penggaraman dilakukan pada tahap awal pembuatan acar dengan cara fermentasi. Terkadang dilakukan penambahan gula sebanyak 1% apabila sayur atau buah yang digunakan berkadar gula rendah.Jadi, acar dibuat dengan kombinasi dua cara pengawetan yakni penggaraman dan fermentasi.
(d) Ikan Teri
Ikan teri merupakan produk setengah jadi dari hasil pengolahan ikan yang menggunakandasar proses penggaraman dan pengeringan. Namun demikian ada juga ikan teri tawar,untuk ikan jenis ini maka ikan tidak dilakukan penggaraman

b. Gula
Digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet, pengunaan gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan. Gula atau sukrosa merupakan karbohidrat berasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawetkhususnya komoditas yang telah mengalami perlakuan panas. Perendaman dalamlarutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakansalah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam jugamenghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang,dan khamir.
Makanan yang dimasak dengan kadar sukrosa/gula pasir tinggi akanmeningkatkan tekanan osmotik yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri terhambat. Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk makanan.Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk selai, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buhan, buah-buahan bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar manis, chutney, susukental manis, madu.
Walaupun gula sendiri mampu untuk memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produkmakanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanyadibutuhkan), ini pun umum bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetanbahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah), perlakukandengan pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu rendah, dehidrasi dan bahan-bahanpengawet kimia (seperti belerangdioksida, asam benzoat) merupakan teknik-teknik pengawetan panganyang penting.Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhanmikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurangWalaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satu-satunya yangmengendalikan pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandungkomponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat menunjukkan ketahanan yangberbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme.Produk-produk pangan berkadar gula yang tinggi cenderung rusak oleh khamir dan kapang, yaitukelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) ataudihambat oleh hal-hal lain.
Monosakarida lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan disakarida ataupolisakarida pada konsentrasi yang sama, dan digunakan dengan sukrosa dalam beberapa produk seperti selai






          II.      Landasan teori

Pengawetan Makanan

Pengawetan makanan adalah suatu upaya manusia dengan cara tertentu untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme/perusak makanan agar makanan dapat tahan lama, terjaga kandungan gizinya serta tetap layak dan aman dikonsumsi.

Tujuan pengawetan makanan :
1. Memperlambat aktivitas bakteri penyebab penyakit/bakteri yang dapat menurunkan kualitas makanan.
2. Menghancurkan enzim natural dalam makanan yang dapat menyebabkan makanan busuk atau warna makanan berubah untuk menghancurkan enzim ini makanan dapat dipanaskan hingga 66* C.
3. Meminimalkan kerugian akibat pembusukan makanan bagi konsumen, makanan yang lebih tahan lama, lebih menguntungkan, karena makanan dapat disimpan untuk konsumsi dimasa depan.
4. Meningkatkan keuntungan bagi pengusahaa makanan yang diawetkan menguntungkan karena mereka bisa menjual makanan dalam waktulebih lama. Contohnya ayam baku, bakso, selai, jus buah dan lain-lain.

Cara-Cara Pengawetan makanan
Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Pengawetan makanan secara Biologi
2. Pengawetan makanan secara Kimia
3. Pengawetan makanan secara Fisika

1. Pengawetan makanan secara Biologi meliputi:
a). Dengan Fermentasi
Pengawetan secara biologis, misalnya peragian (fermentasi) adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Contoh makanan dengan pengawetan fermentasi adalah yoghurt, mengawetkan susu dengan cara fermentasi menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Aktivitas fermentasi dari kedua spesies bakteri tersebut dapat menurunkan pH susu sapi, sehingga dapat menghambat aktivitas bakteri proteilitik yang bersifat tidak asam. Lactobacillus bulgaricus ini hidup dari memakan laktosa (gula susu) dan mengeluarkan asam laktat. Asam ini sekaligus mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa (gula susu). Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan menghambat pertumbuhan kapang dan khamir.

2. Pengawetan makanan secara Kimia meliputi:
1. Penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa sedap, manis. Contoh beberapa jenis zat kimia: cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjang kesegaran masa pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman.
Pengawetan bahan makanan secara kimia menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain. Proses pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam makanan yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat menghambat berkembang biaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri, dan ragi (Aka, 2008).

a.     Pengasinan
Cara ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai garam dapur untuk mengawetkan makanan. Teknik ini disebut juga dengan sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan. Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan dengan pengeringan
Penggaraman adalah suatu proses pengolahan yang dilakukan dengan cara memberi garam dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan enzim-enzim khususnya yang merusak daging dan ikan. Selain itu penggaraman mengakibatkan cairan yang ada dalam tubuh ikan mengental serta kadar proteinnya menggumpal dan daging ikan mengkerut.
Proses penggaraman biasanya diikuti oleh proses pengeringan untuk menurunkan lebih lanjut kadar air yang ada dalam daging ikan, proses penggaraman dipengaruhi oleh ukuran butiran garam (ukuran yang baik 1 5 mm), ukuran ikan (semakin besar ikan semakin banyak garam yang dibutuhkan) dan kemurnian garam (garam yang baik adalah garam murni/ Nacl ).

b.    Pemanisan
Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan.
Penambahan gula adalah suatu proses pengolahan yang dilakukan dengan cara pemberian gula dengan tujuan untuk mengawetan karena air yang ada akan mengental pada akhirnya akan menurunkan kadar air dari bahan pangan tersebut. Konsentrasi gula yang ditambahkan minimal 40% padatan terlarut sedangkan di bawah itu tidak cukup untuk mencegah kerusakan karena bakteri, apabila produk tersebut disimpan dalam suhu kamar atau normal (tidak dalam suhu rendah). Contoh makanan dengan pengawetan pemanisan adalah manisan buah.
Manisan buah adalah buah-buahan yang direndam dalam larutan gula selama beberapa waktu. Teknologi membuat manisan merupakan salah satu cara pengawetan makanan yang sudah diterapkan sejak dahulu kala. Perendamanan manisan akan membuat kadar gula dalam buah meningkat dan kadar airnya berkurang. Keadaan ini akan menghambat pertumbuhan mikroba perusak sehingga buah akan lebih tahan lama.









     III.      Rumusan masalah:
1.      Dibotol aqua manakah terdapat banyak terdapat bakteri?apa buktinya?
2.      Botol manakah yang tidak ditumbuhi bakteri ? apa buktinya?
3.      Mengapa kanji tersebut tidak ditumbuhi bakteri ?
4.      Apakah fungsi penambahan gula dan garam kedalam bahan makana?
5.      Tuliskan contoh makanan yang diawetkan dengan cara diberi gula!
6.      Tuliskan contoh makanan yang diawetkan dengan cara diberi garam!
7.      Menurutmu, manakah yang lebih aman dikonsumsi, makanan yang diawetka dengan penambahan garam atau gula, ataukan dengan penambahan zat pengawet? Jelaskan!




     IV.      Tujuan
Untuk mengetahui proses pengawetan makanan.



  



 Bab 2
PEMBAHASAN


I.                   ALAT DAN BAHAN

1.      1 botol selai
2.      Tepung kanji
3.      Gula pasir
4.      Garam halus
5.      Sendok
6.      Air bersih
7.      Botol Aqua


II.                LANGKAH KERJA

1.      Ambillah 2 sendok tepung kanji dan masukkan ke dalam botol aqua
2.      Campurlah dengan sedikit air dan aduk hingga rata
3.      Tambahkan air mendidih secukupnya hingga kanji mengental dan aduk hingga rata
4.      Tuangkanlah kanji masing-masing ke dalam 3 buah aqua hingga setengahnya dan berilah label A,B,C . Tutuplah aqua A.
5.      Tambahkan 2 sendok gula pasir kedalam kanji di dalam aqua selai B secara merata . Tutuplah aqua .
6.      Tambahkan 2 sendok garam halus kedalam kanji di aqua selai C secara merata . Tutuplah aqua .
7.      Simpanlah ketiga aqua A,B Dan C ditempat yang kering selama 3 hari .
8.      Setelah 3 hri,bukalah ketiga tutup aqua tersebut dan amati dengan seksama apakah ada gelembung,lendir,dan bagaimana warnanya.


III.             DATA HASIL PENGAMATAN




NO.
PERIHAL
AQUA
A
B(gula)
C(garam)
1
Gelembung
Tidak ada
Banyak
Sedikit
2
Warna
Putih atau tetap
Kekuning-kuningan
Putih sedikit kuning
3
Lendir
Ada
Tidak
Tidak





IV.             ANALISIS DATA HASIL PENGAMATAN

1.      Jawab: Di botol aqua A . Karena dengan adanya perubahan bau,warna,dan adanya lendir . hal ini menunjukkan adanya bakteri yang tumbuh.

2.      Jawab: Di botol aqua B dan C . Karena dengan tidak adanya perubahan bau dan lendir. Hal ini menunjukkan tidak adanya bakteri yang tumbuh

3.      Jawab: Karena kanji tersebut telah diberi bahan pengawet alami berupa gula dan  garam.

4.      Jawab : sebagai penambah rasa nikmat dan lezat pada makanan, sedangkan penambahan gula dan garam dalam jumlah banyak berfungsi bahan pengawet alami.

5.      Jawab: manisan buah-buahan, manisan kolang kaling.

6.      Jawab: ikan asin dan keju.

7.      Jawab: menurut saya, makanan yang lebih aman dikonsumsi adalah makanan yang diawetkaan dengan penambahan garam atau gula, karena garam dan gula tidak menimbulkan efek samping yang terlalu berat dan mudah dicerna oleh tubuh tidak seperti zat pengawet yang dapat merusak tubuh dan menimbulkan penyakit.







BAB 3
PENUTUP

I.                   KESIMPULAN

Makanan dapat diawetkan dengan berbagai cara selain menggunakan  zat pengawet, makanan dapat diawetkan dengan cara diberi gula atau garam . makanan yang diawetkan dengan diberi gula atau garam lebih efektif dan aman , yang tidak akan menimbulkan berbagai efek negatif bagi tubuh sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dinikmati oleh masyarakat
 .

II.                SARAN

Penggunaan bahan seperti garam, gula, asam maupun bahan kimia lainnya tidak boleh melebihi batas yang telah ditentukan.







Daftar pustaka


Buku praktikum biologi kelas x











Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA TENTANG PROSES/CARA MEMBUAT ES KRIM SECARA SEDERHANA (PENERAPAN TITIK BEKU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI)

LAPORAN PEMBUATAN BIOTEKNOLOGI SEDERHANA / FERMENTASI (TAPE SINGKONG)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA tentang KOROSI pada PAKU